Sahabat Yang Mencium Kepala Kaisar, Abdullah Bin Hudzafah
“Menjadi Kewajiban Bagi Setiap Muslim untuk Mencium Kepala Abdullah Bin Hudzafah, Saya yang Akan Memulainya Terlebih Dahulu”
Umar Bin Khattab R.A.
Tokoh kisah ini adalah seorang pria dari kalangan sahabat yang bernama Abdullah bin Hudzafah Al Sahmy. Kisah Abdullah bertemu dengan Kisra raja Persia terjadi pada tahun ke-6 Hijriyah saat Nabi Saw berniat untuk mengirimkan beberapa rombongan sahabatnya dengan membawa surat kepada para raja berkebangsaan non-arab untuk mengajak mereka masuk ke dalam Islam. Rasulullah Saw sudah memprediksikan bahaya dari tugas ini…. Para utusan Rasul tadi akan berangkat menuju negeri-negeri yang jauh yang belum pernah mengadakan kerjasama dan kesepakatan dengan Islam sebelumnya.
Para utusan tadi tidak mengerti bahasa-bahasa negeri yang akan didatanginya dan mereka juga tidak sedikitpun mengerti watak para raja tadi… Para utusan tadi juga akan mengajak para raja untuk meninggalkan agama mereka, melepaskan kebesaran dan kekuasaan serta masuk ke dalam sebauh agama suatu kaum….. Ini merupakan sebuah ekspedisi berbahaya. Sebab yang berangkat ke sana dapat menghilang sedang yang kembali dari ekspedisi ini hanya tinggal anaknya saja.
Rasulullah Saw mengutus 6 orang sahabatnya untuk membawa surat dari Beliau kepada beberapa orang raja Arab dan non-Arab. Salah seorang dari ke enam utusan tadi adalah: Abdullah bin Hudzafah Al Sahmy yang diutus untuk membawa surat Nabi Saw kepada Kisra raja Persia.
Abdullah serta-merta mempersiapkan bekalnya. Ia mengucapkan kata perpisahan kepada istri dan anaknya. Ia lalu berangkat menuju tempat tujuannya yang melalui berbagai lereng dan bukit dataran tinggi maupun rendah. Ia lakukan perjalanan tersebut sendirian tanpa ada teman yang mengiringi selain Allah Swt. Saat ia sampai di perkampungan wilayah Persia, ia memohon izin untuk dapat masuk kepada rajanya. Dan para permbantu raja memperingatkan bahaya dari surat yang dibawa Abdullah kepada raja. Mendengar itu raja Kisra memerintahkan para pembantunya untuk menghias istana, lalu ia megundang para pembesar bangsa Persia untuk dapat hadir dalam kesempatan ini. Kemudian Kisra mengizinkan Abdullah bin Hudzafah untuk datang.
Abdullah bin Hudzafah menghadap pemimpin Persia dengan menggunakan selendang tipis yang menutupi tubuhnya, ia juga mengenakan baju panjang berbahan kasar yang ditutupi dengan selendang khusus bangsa Arab. Akan tetapi ia memiliki leher yang tegak. Postur tubuh yang tegap. Dari tulang rusuknya terlihat keagungan Islam. Dalam hatinya menyala kebesaran iman. Begitu Kisra melihat Abdullah datang menghadap, ia langsung memberi isyarat kepada salah seorang pembantunya untuk mengambil surat dari tangan Abdullah, maka Abdullah langsung berkata: “Jangan, Rasulullah Saw menyuruhku untuk menyerahkan surat ini langsung ke tanganmu, dan aku tidak ingin melanggar perintah Rasulullah.” Kisra langsung memerintahkan kepada semua pembantunya: “Biarkan ia mendekat kepadaku.” Maka Abdullah langsung mendekat ke arah Kisra sehingga ia dapat langsung menyerahkan surat tersebut ke tangan Kisra. Lalu Kisra memanggil seorang juru tulis berkebangsaan Arab dari negeri Al Hirah dan ia memerintahkan untuk membuka surat tersebut dan membacakannya:
“Bismillahirrahmanirrahim, dari Muhammad Rasulullah kepada Kisra yang Agung raja Persia. Keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuk…” Begitu Kisra mendengar isi surat sebagaimana yang telah dibacakan kepadanya, maka tersulutlah api amarah dalam dadanya. Wajahnya menjadi merah. Keringatnya mengucur deras dari leher karena dalam surat tersebut Rasulullah Saw memulai dengan menyebut dirinya sendiri… Lalu ia langsung menyambar surat tersebut dan merobeknya tanpa ia tahu apa yang ada dalam isi surat itu. Ia pun langsung berseru: “Apakah ia berani menuliskan hal ini kepadaku, padahal dia adalah budakku?!!” Lalu ia memerintahkan para pengawalnya untuk mengeluarkan Abdullah bin Hudzafah dari hadapannya. Dan akhirnya Abdullah dibawa keluar.
Abdullah bin Hudzafah keluar meninggalkan ruang sidang Kisra. Ia sendiri tidak tahu ketentuan Allah yang bagaimana yang akan terjadi pada dirinya…. Apakah ia akan dibunuh atau dibiarkan hidup dengan bebas? Akan tetapi ia masih sempat berujar: “Demi Allah, aku tidak peduli akan nasibku setelah aku menyampaikan surat Rasulullah Saw… Iapun langsung menaiki kendaraannya dan akhirnya berangkat. Begitu amarah Kisra mereda, ia memerintahkan untuk membawa masuk kembali Abdullah; namun ia tidak ditemukan… para pembantu raja lalu mencarinya, namun sayang Abdullah telah pergi tanpa jejak. Merekapun terus mengejar sepanjang jalan hingga ke jazirah Arab, dan mereka menyadari bahwa Abdullah telah pergi jauh. Begitu Abdullah datang menghadap Nabi Saw ia menceritakan apa yang terjadi dengan Kisra dan surat Nabi Saw yang dirobeknya. Rasul Saw tidak menanggapi dengan ucapan apa-apa selain: “Allah akan merobekrobek kerajaannya.”
Kisra kemudian mengirim surat kepada Badzan wakilnya yang berada di Yaman. Dalam suratnya Kisra berpesan: “Kirimlah kepada orang yang ada di Hijaz ini (Muhammad) dua orang kuat yang kau miliki. Dan suruhlah mereka berdua membawanya menghadapku…” Maka Badzan mengutus dua orang terbaiknya kepada Rasulullah Saw, dan lewat kedua orang tadi Badzan menitipkan surat kepada Rasul yang didalamnya terdapat perintah kepada Rasul untuk berangkat bersama kedua orang utusannya untuk menghadap Kisra sesegera mungkin… Badzan juga meminta kedua utusannya untuk mencari informasi tentang diri dan kisah Rasulullah, dan meminta keduanya melaporkan setiap informasi tentang diri Beliau.
Kedua orang utusan tadi berangkat dengan kecepatan tinggi sehingga keduanya tiba di daerah Thaif. Mereka berdua bertemu dengan para pedagang dari suku Quraisy. Begitu melihat mereka, keduanya langsung menanyakan tentang diri Muhammad Saw. Para pedagang Quraisy menjawab: “Mereka kini ada di Yatsrib.” Kemudian para pedagang tadi melanjutkan perjalanan ke Mekkah dengan gembira, dan mereka membawa kabar gembira kepada suku Quraisy sambil berkata: “Bergembiralah! Kisra sekarang akan menghantam Muhammad dan kalian tidak usah lagi khawatir akan kejahatannya.” Sedang kedua utusan tadi langsung menuju Madinah. Tatkala sampai disana mereka berdua bertemu dengan Nabi Saw. Mereka lalu menyerahkan surat Badzan kepada Beliau sambil berkata: “Raja diraja Kisra menuliskan surat kepada raja kami Badzan untuk mengutus seseorang yang dapat membawamu menghadapnya… Kami kini sudah datang untuk menjemputmu. Jika kau ingin, kami dapat berbicara kepada Kisra sehingga ia tidak mencelakakanmu dan membiarkanmu selamat. Jika kau menolak, kau sudah mengerti kekuatan, kebengisan dan kemampuannya untuk membunuhmu dan semua kaummu.”
Lalu Rasulullah Saw tersenyum sambil bersabda kepada mereka berdua: “Kembalilah lagi ke tunggangan kalian hari ini, dan datanglah esok!.” Begitu mereka berdua datang menghadap lagi kepada Nabi di hari esoknya, mereka berdua berkata: “Apakah kau sudah mempersiapkan diri untuk berangkat bersama kami menghadap Kisra?” Nabi Saw menjawab mereka dengan bersabda: “Kalian tidak akan bertemu dengan Kisra lagi setelah ini…. Allah telah membunuhnya; dengan mengangkat putranya yang bernama Syirawaih di malam ini…. Dan bulan ini….” Mereka berdua lalu menatap tajam wajah Nabi Saw, dan nampak keterkejutan di wajah mereka berdua. Keduanya bertanya: “Apakah engkau mengerti apa yang kau katakan? Apakah kami perlu menulis surat tentang hal ini kepada Badzan?” Rasul Saw menjawab: “Silahkan dan katakan kepadanya bahwa agamaku akan dapat menguasai apa yang telah dikuasai oleh Kisra dan jika ia mau masuk ke dalam Islam, aku akan membiarkan apa yang telah ia miliki dan menjadikannya sebagai raja bagi kaumnya.”
Akhirnya kedua utusan tadi pergi meninggalkan Rasulullah Saw dan mereka pergi menghadap Badzan. Keduanya menceritakan kisahnya. Badzan lalu berkata: “Jika apa yang dikatakan Muhammad adalah benar maka dia adalah seorang Nabi, namun jika tidak maka kami akan mengambil keputusan atasnya
Tidak lama berselang maka tibalah kepada Badzan surat dari Syirawaih yang didalamnya tertulis: “Amma ba’du… Aku telah membunuh Kisra. Aku membunuhnya karena ingin membalas dendam bangsaku. Karena ia telah memerintahkan untuk membunuh para pembesar bangsa, menjadikan wanita-wanitanya sebagai budak dan merampas harta rakyat. Jika surat ini telah sampai di tanganmu maka engkau dan seluruh pengikutmu harus tunduk dan taat kepadaku.” Begitu Badzan membaca surat dari Syirawaih, ia langsung membuang surat tersebut dan ia mengumumkan bahwa ia masuk Islam. Karenanya, maka seluruh bangsa Persia yang berada di Yaman masuk Islam bersamanya.
Demikianlah kisah perjumpaan Abdullah bin Hudzafah dengan Kisra raja Persia. Lalu bagaimana kisah perjumpaannya dengan Kaisar yang Agung raja Romawi? Perjumpaan Abdullah dengan Kaisar terjadi pada masa khilafah Umar bin Khattab ra. Dan Umar punya kisah tersendiri dengan Abdullah yang termasuk kisah paling menakjubkan. Pada tahun 19 Hijriyah, Umar mengirimkan pasukan untuk berperang dengan Romawi yang didalamnya terdapat Abdullah bin Hudzafah Al Sahmy…. Kaisar raja Romawi sudah mendengar tentang kisah pasukan kaum muslimin dan sifat mereka yang memiliki iman yang kuat, akidah yang kokoh dan rela mengorbankan jiwa di jalan Allah dan Rasul-Nya. Kaisar memerintahkan kepada pasukannya –jika mereka dapat menangkap seorang tawanan dari pasukan kaum muslimin- hendaknya tidak diapa-apakan akan tetapi dibawa menghadapnya hidup-hidup… Kehendak Allah menetapkan bahwa Abdullah bin Hudzafah Al Sahmy menjadi tawanan bangsa Romawi. Maka para pasukan Romawi membawa Abdullah menghadap Kaisar. Para pasukan tadi berkata kepadanya: “Ini adalah seorang sahabat Muhammad yang masuk Islam lebih dahulu, dan ia berhasil kami tangkap; dan kini kami membawanya menghadapmu.”
Raja Romawi memadang ke arah Abdullah bin Hudzafah dengan seksama,lalu ia berkata kepadanya: “Aku akan menawarkan sesuatu kepadamu.” Abdullah bertanya: “Apa itu?” Kaisar menjawab: “Aku menawarkan kepadamu untuk masuk ke dalam agama Nashrani. Jika kau mau, aku akan membiarkanmu hidup dan membuatmu hidup muia.” Maka Abdullah menjawab dengan sengit dan tegas: “Tidak akan bagiku. Kematian 1000 kali lebih aku sukai daripada memenuhi ajakanmu.” Kaisar lalu berkata: “Menurutku engkau adalah seorang yang mulia… Jika kau mau menerima tawaranku maka aku akan menjadikanmu sebagai pembantuku dan aku akan berbagi kekuasaan denganmu.” Abdullah yang sedang dalam kondisi terikat itu tersenyum seraya berkata: “Demi Allah, andai saja kau beri aku seluruh apa yang kau miliki dan semua yang dimiliki bangsa Arab agar aku keluar dari agama Muhammad sekejap saja, maka aku tidak akan pernah melakukannya.” Kaisar berkata: “Kalau begitu, aku akan membunuhmu.” Abdullah menjawab: “Lakukan saja apa yang kau inginkan.” Kemudian Kaisar memerintahkan agar Abdullah disalib. Kemudian ia memerintahkan para juru tombaknya untuk melontarkan tombak ke arah tangan Abdullah, karena ia berani menolak untuk masuk agama Nasrani. Kaisar pun memerintahkan kepada juru tombaknya untuk melemparkan tombak ke arah kaki Abdullah karena ia berani menolak untuk meninggalkan agamanya. Setelah itu, Kaisar meminta para juru tombaknya berhenti dan menyuruh mereka untuk menurunkan Abdullah dari tiang salib. Kemudian Kaisar meminta sebuah tungku besar yang berisikan minyak. Ia lalu menyalakan api sehingga mendidih. Lalu ia memanggil pembantunya untuk membawa dua orang tawanan dari kaum muslimin lainnya. Lalu Kaisar memerintahkan agar salah seorang dari tawanan tadi dimasukkan ke dalam tungku tadi. Maka serta merta dagingnya langsung terburai… dan tulangnya menjadi kelihatan. Lalu Kaisar menoleh ke arah Abdullah bin Hudzafah dan mengajaknya untuk masuk ke dalam agama Nashrani. Namun Abdullah menolaknya dengan lebih keras lagi. Tatkala kesabaran Kaisar sudah habis, ia menyuruh pembantunya untuk memasukkan Abdullah ke dalam tungku bersama kedua sahabatnya tadi.
Tatkala para pengawal membawa Abdullah, maka kedua matanya mengeluarkan air mata. Maka para pengawal tadi memberitahukan Kaisar bahwa Abdullah telah menangis… Kaisar menduga bahwa Abdullah sudah merasa takut dan ia berkata: “Bawa kembali dia menghadapku!” Tatkala Abdullah sudah berada di hadapan Kaisar. Kaisar menawarkan agama Nasrani kembali kepadanya dan ia pun masih menolak. Maka Kaisar menjadi berang karenanya seraya berkata: “Celaka kamu, lalu apa yang membuatmu menangis tadi?” Abdullah menjawab: “Yang membuat aku menangis adalah saat aku berkata dalam diri sendiri: ‘Sebentar lagi kau akan dimasukkan ke dalam tungku dan ruhmu akan pergi. Dan aku berharap aku memiliki ruh yang banyak sejumlah rambut yang berada di badanku, sehingga semuanya dimasukkan ke dalam tungku dan mati di jalan Allah.” Maka Kaisar yang lalim bertanya: “Maukah kau mencium kepalaku sehingga aku akan membebaskanmu?” Abdullah balik bertanya: “Apakah engkau juga akan membebaskan semua tawanan kaum muslimin?” Kaisar menjawab: “Semuanya akan aku bebaskan.” Abdullah lalu berkata dalam dirinya: “Dia adalah salah satu musuh Allah. Aku harus mencium kepalanya sehingga ia akan membebaskanku dan semua tawanan muslimin. Menurutku ini bukanlah hal yang dapat membawa mudharat.” Kemudian Abdullah mendekat ke arah Kaisar dan iapun mencium kepala Kaisar. Lalu Kaisar memerintahkan untuk membawa semua tawanan muslimin menghadapnya dan kemudian mereka semua dibebaskan.
Abdullah bin Hudzafah datang menghadap Umar bin Khattab ra. Ia mengisahkan ceritanya; Umar langsung gembira dibuatnya. Tatkala Umar melihat semua tawanan yang bersamanya ia berujar: “Menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk mencium kepala Abdullah bin Hudzafah… dan aku sendiri yang akan memulainya.” Lalu Umar berdiri dan mencium kepala Abdullah.
[ Suar Min Hayatis Shohabah : 65 Shakhsiah, Dr. Abdurrahman Ra’fat Al-Basya ]
0 comments