12
Nov

Orang Kecil Terkadang Menjadi Penyelamat 

“Ketika mendapatkan musibah, terkadang orang kecil lebih banyak mendatangkan manfaat daripada orang berpangkat.” 

Hamid bin Al-Abbas 

Janganlah memandang rendah orang lain, karena kita tidak tahu masa depan. Boleh jadi, orang-orang yang kita pandang sebelah mata hari ini, ternyata besok lusa kita minta bantuan kepadanya. Sebaliknya, orang-orang yang kita hormati dan sanjung, ternyata tidak bisa memberikan bantuan tatkala dibutuhkan. 

Karenanya, jangan kau abaikan dan remehkan orang di sekelilingmu. Betapa banyak orang-orang yang dianggap ‘kecil’, ternyata bantuannya bisa menyelamatkan. Hal inilah yang pernah dirasakan oleh Hamid bin Al-Abbas. 

Kisah yang dialami langsung oleh Hamid bin Al-Abbas ini diabadikan oleh At-Tanukhi dalam Al-Faraj Ba’da Asy-Syiddah (2/114-115): 

Ali bin Hisyam berkata, Aku mendengar Hamid bin Al-Abbas bercerita, “Ketika mendapatkan musibah, terkadang orang kecil lebih banyak mendatangkan manfaat daripada orang berpangkat. Contohnya adalah apa yang terjadi antara aku dengan Ismail bin Bulbul.  

Suatu ketika, Ismail bin Bulbul memenjarakanku. la menugaskan seorang penjaga yang sudah lama mengabdi kepadanya. 

Penjaga itu adalah sosok yang hangat. Aku berbuat baik dan patuh padanya. Aku pernah berharap agar Abul Abbas bin Furat memberikan perhatiannya kepadaku. Karena sudah lama mengabdi pada Ismail bin Bulbul, penjaga itu bisa dengan bebas masuk ke dalam majlis khusus Ismail. la berdiri di hadapan Ismail, dan Ismail sama sekali tidak mengingkari tindakannya itu, karena lamanya masa pengabdiannya. 

Pada suatu malam, ia menemuiku dan menasihati; Karena Anda, tuan menteri marah kepada Abul Abbas. Tuan menteri berkata kepada Abul Abbas, ‘Selain engkau tidak ada yang bisa merampas harta Hamid. Dibutuhkan upaya keras untuk menyita semua harta miliknya.’ Lanjutnya, ‘Besok tuan menteri memintamu untuk datang. Ia ingin mengancammu,’ katanya. 

Apa yang diucapkan oleh penjaga itu membuat hatiku risau. Kataku, “Apakah kamu punya pendapat?” 

“Iya, tulislah surat kepada salah satu rekanmu yang memiliki watak bakhil dan tamak. Dalam surat itu, mintalah kepadanya untuk meminjamimu uang sebesar 1.000 dirham untuk nafkah keluargamu. Dan mintalah kepadanya untuk membalas surat tersebut di atas amplop suratmu. Kemudian balasan surat tersebut dialamatkan kembali kepadamu. 

Karena memang ia orang yang bakhil, ia pasti akan menolak permintaanmu. Simpan surat balasan itu darinya! Jika nanti tuan menteri memanggilmu, keluarkan surat itu secara tiba-tiba. Lalu katakan kepadanya, ‘Demikianlah kondisi hidupku sekarang! Kuharap upaya ini membawa hasil,” Usul si penjaga. 

Aku pun melakukan usul tersebut. 

Akhirnya jawaban suratku sudah datang. Ternyata jawabannya persis seperti yang telah kami perkirakan. Surat jawaban itu kemudian kusimpan. 

Keesokan harinya, Menteri mengeluarkanku. Ia menuntutku dengan berbagai tuntutan. Maka aku keluarkan surat rekanku itu, lalu kubacakan di hadapan menteri. Aku memohon dan memelas padanya. Kukatakan apa saja yang sanggup kukatakan. Setelah itu ia bersikap lunak. Dan itu menjadi sebab hukumanku menjadi ringan, dan bahkan dihapuskan. 

Saat aku menjadi pejabat di masa kepemimpinan Menteri Ubaidullah bin Sulaiman, aku bertanya tentang perjaga yang memberikan usulan tersebut. Aku memintanya untuk membantu pekerjaanku. Aku memberinya gaji 50 dinar per bulan. Sampai sekarang, ia tetap setia dengan pekerjaannya itu.” 

[ Ibnu Abdil Bari El-‘Afifi, 155 Kisah Langka Para Salaf ]