18
Okt

Kisah Cinta Paling Menakjubkan Dalam Sejarah

“Aku tidak pernah cemburu terhadap istri Nabi; kecuali terhadap Khadijah. Padahal aku belum pernah bertemu dengannya”

Aisyah Radhiyallahu ‘anha

Ini adalah kisah cinta paling menakjubkan dalam sejarah peradaban manusia. Kisah ini bukan kisah cinta antara Qais dengan Laila, dan bukan pula kisah asmara antara Romeo dengan Juliet. Karena kisah mereka tidak berakhir dengan pernikahan, yang merupakan ujian sesungguhnya bagi cinta.

Cinta sejati adalah cinta yang terus bersemi setelah menikah hingga salah satu dari mereka dijemput oleh kematian. Maka kisah cinta yang paling agung dan paling menakjubkan sepanjang sejarah adalah cinta Nabi Muhammad ﷺ kepada ibunda Khadijah R.a. Kisah beliau adalah kisah cinta sejati, bahkan hingga istri yang dicintainya meninggal dunia.

Di dalam bukunya, Al-Jazd’ min Jinsi Al-Amal (2159-62), Al-Affani menyebutkan bahwa ibunda Khadijah r.a; adalah penghulu seluruh wanita pada zamannya, ibunda dari Al-Qasim dan semua anak-anak Nabi. Dialah orang yang pertama mengimani dan membenarkan kenabian suaminya sebelum siapa pun. la pula yang meneguhkan pendirian beliau, dan pergi membawa beliau menemui pamannya, serta menyokong dakwah beliau dengan hartanya.

Nabi ﷺ memuliakan dan mengutamakan ibunda Khadijah dari seluruh istri-istri beliau, sehingga Aisyah r.a. berkata, “Aku tidak pernah cemburu sebagaimana kecemburuanku terhadap Khadijah. karena Nabi Muhammad sering sekali menyebut-nyebut namanya.” Di antara kemuliaan Khadijah bagi Nabi Muhammad ﷺ adalah bahwa beliau belum pernah menikah dengan wanita lain sebelumnya, dan dari rahimnyalah terlahir anak-anak beliau.

Beliau juga tidak menikah dengan wanita lain sampai istrinya meninggal dunia. Ketika itulah beliau merasa berduka dan kehilangan, karena ibunda Khadijah adalah sebaik-baik istri. Al-Mubarakfuri juga mengomentari kedudukan Khadijah di sisi Nabi ﷺ dalam buku tarikhnya, Ar-Rahiqul Makhtum (hal. 224),”Sosok Khadijah merupakan nikmat Allah yang paling agung bagi Rasulullah. Selama seperempat abad hidup bersamanya, dia senantiasa menghibur saat beliau cemas, memberikan dorongan di saat-saat paling kritis, menyokong penyampaian risalahnya, ikut serta bersama beliau dalam rintangan yang menghadang jihad, dan selalu membela beliau, baik dengan jiwa maupun hartanya.”

Untuk mengenang jasa-jasa istrinya, Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “Allah ﷻ tidak memberikan ganti kepadaku yang lebih baik darinya. la telah beriman kepadaku saat manusia tidak ada yang beriman, dia membenarkanku saat manusia mendustakan, dia mengeluarkan hartanya untukku saat manusia tidak mau memberikannya. Allah mengaruniaiku anak darinya, sementara tidak dikaruniakan kepadaku dari selainnya!.”

Maka, tidaklah berlebihan jika beliau betul-betul mencintai istrinya ini sepanjang hidupnya, dan juga setelah kematiannya. Berikut ini adalah bukti cinta Nabi ﷺ kepada ibunda Khadijah. Hingga ketika meninggal dunia pun, beliau retap mengenangnya dan memuji-mujinya, serta memuliakan teman-teman dan juga saudarinya. Di dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa ibunda Aisyah r.a berkata, ‘Aku tidak pernah cemburu terhadap seorang pun dari istri-istri Nabi ﷺ sebagaimana kecemburuanku terhadap Khadijah. Aku tidak pernah melihatnya, tetapi Nabi ﷺ berulang kali menyebut-nyebut namanya.

Terkadang beliau menyembelih seekor kambing, lalu memotong daging-dagingnya, lalu beliau mengirimkannya kepada teman-teman Khadijah. Aku pernah berkata kepada beliau, “Seolah-olah di dunia ini tidak ada wanita lain selain Khadijah’ Beliau kemudian bersabda, “Memang begitulah keutamaan dan kemuliaan Khadijah. Darinya lah aku mendapatkan anak.”1

Beliau juga menghormati saudari dari Khadijah, Halah binti Khuwailid. Aisyah menceritakan bahwa suatu ketika Halah binti Khuwailid datang untuk meminta izin bertemu dengan Rasulullah ﷺ. Tiba-tiba beliau teringat dengan permintaan izin yang dilakukan oleh istrinya, Khadijah. Sehingga beliau menjadi senang dengan kedatangannya. Beliau bersabda, “Ya Allah, jadikanlah Khadijah bercahaya.” Aisyah pun cemburu, dan mengatakan, “Engkau masih ingat dengan wanita Quraisy yang sudah tua renta dan sudah lama meninggal dunia? Sungguh, Allah telah memberikan ganti kepadamu dengan wanita yang lebih baik darinya.”2

Dalam redaksi yang lain, Aisyah menceritakan, ‘Aku tidak pernah cemburu terhadap seorang wanita sebagaimana kecemburuanku terhadap Khadijah, yang sudah meninggal sebelum Nabi menikahiku tiga tahun setelahnya. Karena aku sering mendengar beliau memuji-muji sebagai pertanda kecintaan beliau kepadanya. Allah juga telah memerintahkan beliau untuk memberikan kabar gembira kepadanya dengan sebuah rumah di surga. Jika menyembelih seekor kambing, beliau menghadiahkannya kepada kerabat, kenalan dan teman-teman Khadijah’.3

Aisyah juga pernah memberikan kesaksian, ‘Aku tidak pernah cemburu terhadap istri Nabi; kecuali terhadap Khadijah. Padahal aku belum pernah bertemu dengannya.” lanjut Aisyah, “Jika Rasulullah ﷺ menyembelih seekor kambing, beliau akan berkata, “Tolong kirimkan kambing ini kepada teman-teman Khadijah’ Pernah suatu hari aku membuat beliau marah dengan mengatakan, “Khadijah?” lalu Rasulullah bersabda, “lnni qad ruziqtu hubbaha…., Sungguh, aku telah dikaruniai cintanya.”

Demikianlah cinta beliau. Bahkan, kata Ahmad Salim Baduwailan, beliau sama sekali tidak pernah melupakan istrinya hingga empat belas tahun setelah wafatnya. Adakah cinta yang lebih menakjubkan melebihi cinta beliau kepada istrinya tercinta, ibunda Khadijah,?

[ Ibnu Abdil Bari El-‘Afifi, 155 Kisah Langka Para Salaf ]

Catatan:

1. (HR. Al-Bukhari, nomor 3818)
2. (HR. Al-Bukhari, nomor 3821)
3. (HR. Al-Bukhari, nomor 5004 dan Muslim, nomor 2435)
4. (HR. Muslim, nomor 2435)